Belajar Industrialisasi Breeding dari PT Kejora Pelita Semesta

Perkembangan usaha peternakan domba kambing setiap tahunnya semakin meningkat. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, setiap tahunnya tidak kurang dari sebelas ribu ekor domba kambing keluar dari Purbalingga saat hari raya Idul Qurban. Selain peternakan rakyat, saat ini mulai banyak bermunculan para pengusaha bermodal besar yang meramaikan usaha ini. Berbagai lembaga zakat pun beramai-ramai mendayagunakan dana ziswafnya melalui program-program berbasis peternakan.

Usaha yang dilirik oleh pemodal besar biasanya penggemukan (fattening) dengan rentang waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan. Perputaran modal yang cepat menjadikan usaha ini begitu menggiurkan. Sedangkan bagian dari usaha hulu yaitu pembibitan (breeding) hanya dilakukan oleh peternak kecil dengan kepemilikan domba atau kambing yang sangat terbatas.

Ketidakseimbangan antara permintaan dan stok bakalan membuat usaha peternakan mengalami ancaman yang cukup serius. Sudah sangat sering terjadi penggunaan bakalan-bakalan betina yang disembelih untuk kegiatan qurban ataupun aqiqah. Hal ini dilandasi oleh mulai berkurangnya stok dan mahalnya harga domba/kambing jantan. Jika tidak ada kesadaran dari para pelaku usaha untuk menggiatkan kegiatan pembibitan dalam skala massal maka bisa diprediksi beberapa tahun ke depan kita akan sulit mencari hewan untuk qurban dan aqiqah.

Kegiatan pembibitan kini sudah mulai dilirik oleh pemodal besar yang berada di Kabupatan Pekalongan, Jawa Tengah. Industrialisasi Breeding dilakukan oleh PT Kejora Pelita Semesta dengan mengembangkan domba pejantan jenis Dorper yang dikawinkan dengan berbagai betina lokal yang ada di Indonesia.

Domba Dorper merupakan domba pedaging unggul hasil perkawinan silang yang dilakukan oleh Departemen Pertanian Afrika Selatan antara domba Dorset dan domba Persia kepala hitam. Nama “Dorper” untuk domba hasil perkawinan silang ini merupakan gabungan suku kata awal domba Dorset (Dor-) dan suku kata awal domba Persia (Per-). Karena keunggulannya sebagai domba pedaging, domba Dorper merupakan jenis domba kedua yang paling banyak dipelihara para peternak Afrika Selatan. Domba Dorper mampu hidup di daerah gersang dan beriklim tropis di Afrika Selatan. Karena itu, domba Dorper cocok diternakkan di Indonesia yang beriklim tropis sebagaimana iklim di negara asal domba Dorper ini, yaitu Afrika Selatan.

PT Kejora Pelita Semesta mendatangkan Domba Dorper sekitar 6 ekor, 3 ekor jantan dan 3 ekor betina dengan harga Rp 26.000.000 perekor. Kini, setelah tiga tahun, kegiatan riset yang dilakukan oleh perusahaan sudah mulai menghasilkan pejantan F1 dan sudah dirilis untuk dijual ke peternak-peternak rakyat. Keunggulan Domba Dorper dengan Domba biasa yaitu Domba ini bisa melakukan perkawinan dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 25 sedangkan domba biasa hanya mampu melakukan perkawinan 1: 10 saja. Proses perkawinan akan dilakukan setiap hari dengan mengganti induk betina setiap sebulan sekali. persentase keberhasilan bisa mencapai 50%. Induk betina yang sudah positif bunting akan dipisahkan ke kandang laktasi sedangkan yang belum bunting terus dikawinkan hingga tiga bulan dikandang perkawinan. Jika sudah tiga bulan tidak bunting juga, maka dianjurkan untuk melepas induk betina tersebut karena bisa jadi kualitasnya tidak bagus.

Selain menghasilkan bibit unggul keturunan Dorper, PT Kejora Pelita Semesta juga menyeleksi domba keturunan kembar (Prolifik). Proses seleksi induk betina kembar akan dilakukan pada kebuntingan kedua dimana domba yang hanya melahirkan minimal dua anak akan dipertahankan sedangkan yang melahirkan satu anak akan dilepas. Perkembangan domba keturunan dorper sangat cepat dibandingkan domba lokal yang selama ini ada di Indonesia. Domba keturunan Dorper bisa mencapai pertumbuhan maksimal 8 kg perbulan sedangkan domba biasa hanya 3-4 kg perbulan. Konsumsi pakan domba keturnan Dorper lebih efisien dibandingkan dengan domba biasa.Kkebutuhan konsentrat perekor hanya 300 gram. Pemberian pakan pun dilakukan hanya pada pagi dan sore hari.

Industrialisasi breeding oleh PT Kejora Pelita Semesta memberdayakan masyarakat sekitar dengan tenaga kerja ngarit sekitar 19 orang dan tenaga kerja teknis sekitar 11 orang. Dengan kapasitas ternak mencapai 1600 ekor tentunya masih belum efisien dalam pengelolaannya karena diprediksi biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja saja mencapai 50 juta rupiah perbulan. Namun demikian, upaya PT Kejora Pelita Semesta untuk membantu peternak memperoleh bibit unggul patut diapresiasi karena membantu keberlanjutan usaha peternak dan industri peternakan domba kambing di Indonesia.(Darmansah)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *